Seandainya disaat dunia yang lagi penuh dengan keserahkahan dan penuh dengan kebengisan, ditambah lagi didalam jiwa tidak lagi ada tersimpan saling cinta kasih dan saling menolong bagaiman mungkin dapat menolong orang -orang miskin disekitarnya.? Kemiskinan terjadi disebuah negara mungkin disebabkan krisis sosial, artinya keberadaan mereka kurang mendapat sentuhan dari warga kaya atau mungkin juga pemerintah dan mungkin juga oleh sebab warga dunia mulai kurang tersentuh buat menyuarkan warga miskin. Padahal jika warga miskin kurang diperhatikan " Bahayanya melebihi melapetaka yang lain seperti penyakit dan kebodohan." juga Kemiskinan menjadi unsur vital terjadinya penderitaan berbagai bangsa. Kemiskinan menyebabkan munculnya banyak permasalahan, mengantarkan pada terjadinya sejumlah kriminalitas, mendorong terjadinya kerusakan, penyimpangan, pengangguran, dan sebagainya. Perkiraan ini bisa dibuka didalam sebuah buku teori sosial atau dalam buku-buku lainnya. Terlepas semua itu jika perlu semua mau menyurpai dan melihat langsung keberadaan mereka bagi kaum miskin bisa ditelusuri seprti Saat ini, dunia sedang didera kemiskinan yang menyebar luas di sebagian besar negeri, jika punya waktu ingin mencoba meninjau diberbagai belahan dunia, meski berbeda-beda tingkatan dan jumlah orang miskinnya. disana Hampir-hampir tidak ada satu negara pun yang terbebas dari masalah kemiskinan pada masa sekarang ini, juga negara-negara kapitalisme, borjoisme komunisme nasionalisme dan di negara demokrasi atau- kaya dan maju di bidang sains dan industri. Kemiskinan merupakan masalah umum dan telah menjadi Problem besar. Meski dunia menyaksikan kemajuan material, terlihat pula adanya peningkatan pengangguran secara nyata. Anehnya Sebagian mata orang mengaitkan kemiskinan kepada bagian penistaan nasip-dan menetapkan adanya hubungan negatif antara kemajuan jaman dan kemiskinan, di mana setiap kali kemajuan bertambah maju maka setiap kali pula kemiskinan meningkat.Artinya dimana ada orang kaya biasanya disna juga orang miskin setia selalu berada dibawahnya.Cetus Andri Lutungan Pengamat Kemanusiaan International. Menilai keberadaan kaum miskin dibelahan dunia sat dihubungi online. Andri Juga menambahkan. "Kemiskinan menyebar luas secara menyolok sejak berlangsungnya kebangkitan industri dan meluasnya penggunaan alat dalam produksi industri dan pertanian. Seberapapun jumlah tenaga kerja yang diserap sektor industri, kemiskinan tetap saja meningkat tajam. Berbagai pemerintah, lembaga-lembaga sosial, dan individu-individu kaya tidak berhenti menyerahkan bantuan dan memberi pertolongan yang bisa mereka lakukan kepada orang-orang miskin. Mereka juga tidak berhenti menciptakan program-program pelayanan sosial, kesehatan dan pendidikan dalam berbagai bentuknya kepada kaum miskin. Namun masalah kemiskinan tetap saja ada bahkan jumlah orang miskin di dunia makin bertambah. Pemerintah negara kaya dan lembaga-lembaga internasional telah turut campur dalam menyelesaikan masalah kemiskinan ini -namun demikian kemiskinan belumjuga dapat terbantu maksimal, Seandainya kemiskinan terus dibiarkan dan tidak mendapat sebuah bantuan bisa dianggap. Kemiskinan menimbulkan munculnya masalah-masalah lain seperti urbanisasi, pencurian, penyakit, kebodohan, bunuh diri, pembunuhan, gelandangan dan pengemis, penyerangan terhadap harta pribadi dan harta umum. Juga makin maraknya suap, bertambahnya angka kriminalitas dan pengangguran, munculnya kelompok-kelompok bersenjata dan bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Semua itu merupakan bencana sosial yang berbahaya. Dunia masih terus bertanya-tanya tentang sebab-sebab masalah itu. Di sana terdapat program-program sosial dan lembaga-lembaga sosial, organisasi-organisasi internasional, pribadi-pribadi yang suka rela membayar zakat, memberi sedekah dan sumbangan. Juga ada negara-negara besar dan kaya yang membantu negara-negara lainnya. Di sana juga ada kesetiakawanan sosial, khususnya di negeri-negeri kaum Muslim. Namun semua upaya itu meski berpengaruh secara relatif kepada masalah kemiskinan yang parah itu, namun tetap tidak mampu menyelamatkan dunia dan isinya dari kemiskinan yang menghimpit. Juga tidak bisa menghentikan pertambahan jumlah orang miskin di dunia, baik di negara kaya atau di negara yang lain, baik di negara besar atau pun di negara kecil. Semua negara sama-sama ada didalamnya masalah kemiskinan. Hal ini bisa di buktikan apa yang pernah dikatakan banyak orang, dan sepeti apa keberadaan orang miskin tersebar. – Jumlah orang miskin di seluruh dunia sekitar dua milyar jiwa, artinya ada seperti – Jumlah orang miskin di negara-negara Arab sendiri sebanyak 40 juta jiwa. Mereka hidup di bawah garis kemiskinan. – Afrika yang memiliki kekayaan alam berlimpah dan tersimpan, merupakan benua paling miskin. Di samping kemiskinan, juga tersebar luas kebodohan dan penyakit. Afrika memiliki angka penderita Aids tertinggi di dunia. Semua itu terjadi di sebagian besar negara-negara di Afrika, kalau tidak bisa dikatakan di semua negara. – Angka pengangguran di Mesir mencapai 70 %. Di Yordania dan negara Arab lainnya angka kemiskinan mencapai lebih dari 50 %. Di Maroko dan negara-negara lainnya, di sana masih terdapat sejumlah besar orang yang hidup di rumah-rumah yang terbuat dari kardus, karung dan tenda-tenda usang, bahkan kadang-kadang di gua. Lebih mengenaskan lagi adanya sejumlah besar tuna wisma yang tidak memiliki tempat bernaung. Mereka tidur di trotoar, terminal dan halte atau di sela-sela kuburan atau di tempat terbuka. Mereka itu ada di Amerika Serikat, Inggris, India, dan Mesir. Mereka dikenal sebagai buruh migran. Di negara-negara lain juga banyak orang seperti mereka. Orang-orang tunawisma di dunia berjumlah jutaan bukan hanya ribuan. Di Amerika Serikat saja terdapat lebih dari tiga juta warga yang tuna wisma. – Sebagian orang mati kelaparan di beberapa negara pada saat di mana masyarakat tidak meyakini dan tidak mempercayai adanya kondisi seperti itu. Masyarakat memiliki pemahaman yang baku bahwa tidak ada seorang pun yang boleh mati kelaparan di dunia. Namun, sekarang hal itu terjadi. – Meski ada partisipasi dari beberapa negara dan organisasi-organisasi internasional dalam pemberian bantuan, hibah, sumbangan, dan utang; namun, organisasi-organisasi itu juga berperan dalam menciptakan kemiskinan, penghambur-hamburan kekayaan dan menyebabkan krisis finansial, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Ini akibat solusi-solusi, rekomendasi-rekomendasi dan arahan-arahan keji yang diberikan kepada negara-negara debitor. Organisasi-organisasi itu ingin memelaratkan negara-negara tersebut dan melanggengkannya di bawah belas kasihan utang, pinjaman, dan kebutuhan. Selain itu secara lahiriyah, Amerika ingin dinilai sebagai negara terbesar yang memberikan hibah dan sumbangan. Berbagai kajian menunjukkan bahwa setiap satu dolar yang diberikan kepada negara-negara debitor, maka akan kembali ke Amerika sebesar sebelas dolar sebagai kompensasinya. Hal itu akibat politik yang keji, metode maltusisme dan keahliannya dalam melakukan eksploitasi. Salah seorang yang bekerja di Bank Dunia mensifati solusi-solusi yang diberikan kepada negara-negara debitor dengan tujuan untuk pembangunan, sebagai obat beracun yang hanya akan memperparah masalah. Hal itu mendorongnya untuk mengundurkan diri dari Bank Dunia. – Berbagai peperangan dan pertarungan internasional yang dilakukan oleh beberapa negara yang mengklaim menyerukan kebebasan, menjaga hak asasi manusia, persamaan wanita, dan perlindungan anak-anak, menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan, bahkan menciptakan kelas orang miskin lainnya yang hidup aman dan tenteram memiskinkan dirinya sendiri. Bukti atas semua itu adalah apa yang telah dan sedang terjadi di Afganistan, Irak, Palestina, Somalia dan negeri lainnya. Invasi Amerika ke Irak dan Afganistan, dan invasi zionis ke Palestina telah menyebabkan menyebarluasnya kemiskinan, bertambahnya angka kemiskinan, terciptanya orang-orang miskin baru, hancurnya rumah dan harta milik lainnya, penyerangan atas kebebasan, menyebarluasnya berbagai penyakit dan kebodohan, bertambahnya orang-orang yang dipenjara, tawanan, orang-orang yang ditangkap dan mereka yang ditahan. Demikian juga ribuan orang di negeri-negeri itu terpaksa meninggalkan rumah-rumah dan tempat tinggal-tempat tinggal mereka dan pergi mencari pekerjaan dan rizki, padahal mereka menghadapi masa depan yang tidak jelas dan kesempatan kerja yang tidak tersedia. Banyak orang kaya berubah menjadi miskin setelah kehilangan sumber-sumber rizki mereka. – Di antara yang menyebabkan makin parahnya kondisi perekonomian di beberapa negara adalah terjadinya gempa, banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di Indonesia, dan yang terus terjadi di Bangladesh dan yang terakhir terjadi di Cina. Bencana itu menyebabkan malapetaka dalam bentuk hancurnya rumah-rumah, kematian, kemiskinan dan hilangnya mata pencaharian dan pekerjaan yang mengakibatkan bertambahnya jumlah orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan. – Jumlah tawanan dan orang-orang yang ditangkapi di Palestina sendiri mencapai 14.000 orang. Di Inggris jumlah narapidana sebanyak 80.000 orang. Hal itu mengakibatkan hilangnya orang yang menanggung keluarga mereka dan yang mengurusi mereka yang akhirnya menyebabkan kemiskinan, dan kadang-kadang menyebabkan penyimpangan dan tunawisma. Informasi terkini menunjukkan bahwa Amerika Serikat menjadi penjara terbesar di dunia di mana jumlah narapidana di AS sebanyak 2,3 juta orang dan ini merupakan jumlah yang mencengangkan. – Bertambahnya jumlah peminta-minta dan menyebar luasnya fenomena ini di sebagian besar negara di dunia. Peminta-minta itu sendiri ada berbagai bentuk. Ada kelompok-kelompok yang mengorganisirnya. Akibatnya terjadi ekploitasi atas anak-anak dan wanita untuk mengemis dan meminta-minta. – Bantuan yang diberikan kepada keluarga-keluarga miskin hampir-hampir tidak cukup untuk sekedar membayar sewa rumah. Salah seorang ahli Amerika mensifati bantuan-bantuan sosial itu. Ia mengatakan bahwa bantuan bulanan yang diberikan kepada keluarga-keluarga miskin sebanding dengan harga sepasang sepatu bagi orang yang makmur. Dengan demikian tujuan dari bantuan-bantuan itu adalah melanggengkan agar keluarga-keluarga itu sekedar tetap hidup dan tidak sampai mati karena kelaparan. Hasilnya tidak ada pengaruh yang bisa disebutkan dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Di Arab Saudi misalnya, bantuan keluarga jumlahnya maksimal mencapai 12.000 reyal per keluarga yang jumlah anggotanya banyak. Jumlah ini hampir-hampir tidak cukup untuk kebutuhan minum keluarga tersebut atau untuk membayar sewa tempat tinggal jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan di sana. – Perkiraan menunjukkan bahwa hanya 20 % dari penduduk dunia yang mampu hidup dan bekerja dengan aman dan tenteram di abad baru ini. Pada saat yang sama 80 % sisanya tidak bisa hidup kecuali dengan bantuan, sumbangan dan aksi sosial lainnya. Dan bahwa sekitar empat milyar orang penduduk dunia mencari kehidupan dari hanya 6 % kekayaan dunia. Ini adalah kondisi sebelum meletusnya krisis ekonomi kontemporer yang muncul akibat naiknya harga minyak, disusul menurunnya nilai dolar dan kenaikan harga-harga komoditi dan bahan kebutuhan, khususnya bahan pangan. Kenaikan harga yang menyolok dan belum pernah terjadi sebelumnya, yang kemungkinan besar masih akan naik, telah dan akan menyebabkan makin parahnya masalah kemiskinan dan bertambahnya jumlah orang miskin di dunia. Disamping juga menyebabkan berbagai masalah, bencana dan kemunduran lainnya baik berupa pembunuhan, pengusiran, bunuh diri, suap, kerusakan finansial, moral dan sosial sampai kekerasan bersenjata dan penyerangan terhadap harta, nyawa dan harta milik pribadi maupun milik umum. Krisis ini menjadi semakin parah setelah munculnya masalah agunan property dan defisit perdagangan Amerika yang terus meningkat, disamping menurunnya harga minyak dan menyebarluasnya riba. Amerika Serikat berhasil mengalihkan masalah-masalah itu ke seluruh dunia. Dalam jangka waktu yang singkat perusahaan-perusahaan raksasa mulai ambruk satu demi satu. Di antaranya adalah bank Lehman Brothers yang telah mengumumkan kebangkrutannya pada 15 September 2008. Lehman Brothers merupakan bank keempat terbesar di Amerika. Harga saham Lehman pada hari itu anjlok sampai 92 %. Hal itu diikuti anjloknya harga saham bank-bank besar. Masalah mulai menjalari banyak perusahaan dan bank, tidak terkecuali perusahaan-perusahaan pembuat mobil yang kondisinya sampai berada di tepi jurang kebangkrutan. Hal itu menyebabkan pemecatan jutaan pekerja yang mengakibatkan makin parahnya masalah pengangguran dan bertambahnya jumlah orang miskin. Pemerintah AS telah mengumumkan rencana penyelamatan dan disediakan dana sekitar US $ 800 milyar untuk menopang perusahaan-perusahaan dan membeli sebagian sahamnya atau asetnya. Amerika juga telah berupaya mengeksploitasi, menyedot dan memaksakan pungutan terhadap negara-negara teluk untuk mendapatkan milyaran dolar. Namun, meski semua itu dilakukan, kondisinya tidak akan berubah. Laporan-laporan para ahli menyatakan bahwa tahun 2009 akan lebih buruk dari tahun sebelumnya dan bahwa resesi ekonomi dan perlambatan ekonomi akan menimpa banyak negara. Informasi-informasi yang ada menunjukkan kondisi-kondisi dunia sebagai berikut: – Saat ini di Amerika Serikat terdapat lima juta orang penganggur dan mendapatkan bantuan dari negara. – Perusahaan mobil Swedia Saab yang dimiliki oleh General Motors meminta dana talangan segera supaya tidak mengumumkan kebangkrutannya. – Perusahaan otomotiv Opel meminta dukungan pemerintah sebesar dua milyar dolar untuk bisa tetap beroperasi. – Banyak perusahaan dan bank-bank mem-PHK ribuan karyawan. Kemungkinan gelombang PHK itu terus berlanjut ke perusahaan-perusahaan lain di berbagai negara. – Sejumlah perusahaan dan bank di Barat telah mengumumkan kebangkrutannya. – Beberapa negara mengumumkan menderita resesi ekonomi dan yang terdepan adalah Inggris. – Jepang telah mengumumkan bahwa mereka sedang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak PD II. – Bank Dunia mengumumkan kemungkinan buruk perekonomian dan sosial di banyak negara di dunia. – Perusahaan General Motors meminta dana talangan dari Kanada sebesar tujuh milyar dolar untuk menopang posisi finansialnya. Kami telah menunjukkan kondisi ini dan mengupas masalah ini, maka bagi kami tinggal membahas dua perkara penting yang saling berkaitan yaitu: Pertama, sebab-sebab masalah tersebut, dan kedua, solusi yang pas dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Berkaitan dengan masalah pertama yaitu sebab-sebab masalah, maka bisa dipaparkan sebab-sebab berikut: 1. Rusaknya sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan negara- negara di seluruh dunia saat ini. Sistem ekonomi kapitalis merupakan sistem yang mengandung kerusakan. Tabiatnya mengantarkan kepada kebebasan dan penjajahan, serta terakumulasinya kekayaan di tangan sebagian kecil orang atau perusahaan raksasa. 2. Rusaknya sistem dan undang-undang yang diterapkan di dunia, dan tidak adanya penguasaan terhadap fakta secara sempurna. Sistem tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah, karena dalam memberikan solusi-solusi bertumpu pada asas-asas yang salah. 3. Kerusakaan finansial dan administratif serta buruknya pengelolaan perusahaan-perusahaan oleh para pelaksana. Padahal mereka memperoleh gaji, bonus, dan kompensasi sangat tinggi. Selain itu mereka juga menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya kepada lembaga-lembaga yang beraktivitas di dalamnya dan yang mengelola administrasinya. 4. Burukya distribusi kekayaan, bahkan tidak ada sistem pendistribusian kekayaan. Juga anggapan bahwa masalahnya adalah masalah kelangkaan relatif yang solusinya dengan menambah produksi. Sementara sekitar lima milyar orang penduduk dunia hidup dengan kurang dari dua dolar per hari, sebagaimana sekitar satu setengah milyar orang hidup dengan kurang dari satu dolar per hari per orang. Juga sebagaimana 1 % penduduk Amerika Serikat memiliki 50 % dari total kekayaan, sementara 80 % penduduk Amerika memiliki kurang dari 8 % total kekayaan. 5. Buruk dan rusaknya administrasi yang dikendalikan oleh nepotisme dan bagi-bagi kekayaan, dan berbagai kerusakan administratif di banyak negara. 6. Pengaruh dan dominasi perusahaan-perusahaan besar terhadap perekonomian global. Contohnya, 80 % komite yang membuat keputusan di Amerika Serikat ditentukan oleh pemilik kepentingan-kepentingan dan kekayaan-kekayaan yang besar. 7. Dominasi para penguasa dan para pengusaha terhadap sumber daya negeri. 8. Peran serta organisasi internasional seperti Bank Dunia dan IMF dalam menghancurkan kekayaan negara-negara debitor (pengutang) melalui solusi keji yang diberikan kepada negara-negara tersebut yang bertujuan memperlemah dan memelaratkannya serta mempertahankannya terus membutuhkan bantuan dan utang. Adapun perkara kedua yaitu solusi yang pas dan efektif bagi masalah tersebut, maka solusi itu tidak lain adalah penerapan sistem Islam secara menyeluruh dan pendirian negara besar yang tegak di atas asas ideologi Islam sebagai akidah dan sistem kehidupan. Islam memecahkan masalah tersebut dengan solusi sejak akarnya di mana jika implementasi ideologi dan solusi-solusi yang dibangun di atasnya berjalan baik, maka tak diragukan hal itu akan menyelesaikan fenomena itu secara tuntas dan selamanya.Inilah yang mengemah dikalangan orang muslim yang tidak mengerti, namun demikian seandainya semua bisa menyadari bahwa segala orang miskin adalah dasarnya manusia, dan manusia dilahirkan adalah saling memberikan kasih setidaknya kemiskinan yang ada dimuka bumi ini adalah tanggung jawab manusia dunia.Cetus Andri Luntungan.
Copy and WIN : http://bit.ly/copynwin
The latest Employment Situation report from the Bureau of Labor Statistics shows weekly employee earnings have grown $75 since tax reform passed, well short of the $4,000 to $9,000 annual increases projected by President Trump
Donald John TrumpRobert De Niro, Ben Stiller play Mueller and Cohen in 'SNL' parody of 'Meet the Parents' Trump order targets wide swath of public assistance programs Comey says Trump reacted to news of Russian meddling by asking if it changed election results MORE and House Speaker Paul Ryan
Paul Davis RyanTrump order targets wide swath of public assistance programs Sunday shows preview: White House officials talk Syria strike Wage growth well short of what was promised from tax reform MORE (R-Wis.).
During the three months following passage of the tax bill, the average American saw a $6.21 increase in average weekly earnings. Assuming 12 weeks of work during the three months following passage of the corporate tax cuts, this equates to a $75 increase.
Assuming a full 52 weeks of work, the $6.21 increase in weekly earnings would result in a $323 annual increase, nowhere near the minimum $4,000 promised and $9,000 potential annual increases projected by President Trump and Speaker Ryan if significant cuts were made to corporate tax rates.
Unless something drastically changes, it seems that Americans are going to have to settle for much less than the $4,000 to $9,000 projected wage increases. An extra $322 a year isn’t going to do much to pay down the $1 trillion in additional debt they are projected to take on as a result of the tax cuts.
Yet, a key part of the argument for the recently passed corporate tax cuts and more than a trillion dollars in debt was the substantial wage hike promised by the president’s Council of Economic Advisers (CEA).
From a document titled, “Corporate Tax Reform and Wages: Theory and Evidence,” on the White House’s website:
“Reducing the statutory federal corporate tax rate from 35 to 20 percent would, the analysis below suggests, increase average household income in the United States by, very conservatively, $4,000 annually.”
The document goes on to say:
“When we use the more optimistic estimates from the literature, wage boosts are over $9,000 for the average U.S. household.”
No less than Speaker Ryan’s website trumpeted the Council of Economic Advisers report claiming that on average, the proposed corporate tax cuts would result in at least a $4,000 annual increase in wages.
Now, some supporters of the tax bill may say this analysis is unfair because it is too early for the effects of the tax bill to show up in wages. By that logic, they also shouldn’t take credit for reported employment growth increases.
Still others may point to the $1,000 bonuses announced by some companies shortly after passage of the tax bill. First, that is significantly less than the promised $4,000 to $9,000. Second, these are not wage increases; these are one-time bonuses.
Will companies pay them again, and if so when? Third, the $1,000 represents a fraction of the estimated potential company tax savings.
Using 2016 net income, 2016 effective tax rates, the new 21-percent corporate tax rate and company bonuses, we estimated company bonuses as a percentage of a number of company’s potential tax savings. The results: In many cases, the bonuses represent a mere pittance of the possible tax savings.
Navient announced that it would be giving $1,000 bonuses to 98 percent of its 6,7000 employees, paying out nearly $7 million in bonuses. While that may seem generous, it pales in comparison to Navient’s potential tax savings.
Using Navient’s 2016 net income, its 2016 effective tax rate, estimated annual tax savings of nearly $200 million and its announced bonuses, we calculated that the announced bonuses represent less than 4 percent of Navient’s potential tax savings.
Turning to the airline industry, JetBlue’s employees might be feeling blue if they realized that their $1,000 bonuses are estimated to be less than 10 percent of JetBlue’s potential tax savings, while American Airlines’ bonuses are estimated to represent less than 15 percent of its estimated potential annual tax savings
Not to be outdone, Comcast’s bonuses represent less than 8 percent of its estimated potential annual tax savings, while Walmart appears downright generous, giving an estimated $0.16 of every dollar of its estimated potential annual tax savings to employees in the form of bonuses.
Source: Solutionomics
What happened to the minimum $4,000 promised? I guess like many promises by politicians, they were empty. Instead, they seem to have gone to share buybacks. For the period December 2017 through February 2018, share buybacks more than doubled to $200 million.
Is a $323 wage increase and a one-time bonus of $1,000 that represents a fraction of estimated potential company tax savings worth the more than $1 trillion in additional debt placed on Americans? Is this the best Congress could do? No.
Instead, Congress could have simply made each company’s tax cut contingent on each company increasing wages. The problem is that some companies receiving tax cuts didn’t raise wages.
If Congress had made each company’s tax cut contingent on each company’s wage increases, the American people would have gotten more bang for their tax cut bucks. Additionally, this would have created a real incentive for companies to raise wages: Increase wages, get a tax cut; don’t and you won’t.
If the justification for saddling the American people with at least $1 trillion in additional debt was greater wage growth, tax cuts should have been tied to each company’s wage growth; that’s just logical. That’s getting a better deal for the American people, and that’s getting a better return on investment.
Chris Macke is the founder of Solutionomics, a think tank focused on developing solutions for a more efficient, merit-based corporate tax code. He has advised the U.S. Federal Reserve by providing market updates and implications of monetary policy changes on asset valuations and market distortions, and he's a contributor to the Fed Beige Book. Find him on Twitter: @solutionomics.






































Tidak ada komentar:
Posting Komentar