"persoalan imgrasi, dan pengungsi yang berdatangan dari negara eropa,mungkin sebuah pemikiran yang mendalam buat Ingris, atau sebuah pemikiran extra, dimana para imgran itu sekarang telah menjadi sebuah pembicaraan yang ramai dikalangan petinggi Ingris, yang mana kehadiran para imgran itu sepertinya, seakan-akan menjadi beban bagi negara mereka." Sepertinya, kalau berbicara, masalah imgran adalah sebuah fenomena, artinya,mereka datang kesalah satu negara biasanya, dengan tujuan akan merubah nasip, namun apa yang terjadi, bagi mereka yang telah mengenal jumlah penduduk asli, dan jumlah warga asli setidaknya dapat memahami, lantas bagaimana dengan negara yang telah kedatangan para imigran, begitu besar, seperti di asia, tepatnya Indonesia, mungkin jika mau diperhatikan lebih teliti Indonesia imgran cina lebih besar, bahkan mereka dapat menguasai ekonomi di Indonesia. "bagi negara Ingris, mereka sangat teliti sekali, berapa jumlah pendatang, yang berada di neagaranya, dan mereka sebagai Negara yang mencintai warganya setidaknya sangat hati -hati sekali buat menahan arus imigran, akhirnya, negara itu tidak mudah dapat dikendalikan oleh bangsa lain." Demikian andriluntungan pengamat International mengatakan pada online.
Andri juga menambahkan, seperti yang saat sekarang lagi dibahas diseluruh dunia mengenai hadirnya para imgran itu,'Migrasi adalah OUT OF CONTROL': Farage ledakan Uni Eropa imigrasi Pemerintah farce.NIGEL Farage mengecam catatan Pemerintah tentang migrasi pintu terbuka setelah laporan mengejutkan mengungkapkan jumlah migran Uni Eropa datang ke Inggris lebih tinggi dari laporan thought.The bom ONS pertama mengungkapkan sekitar 1,5 juta lebih migran Uni Eropa telah datang ke Inggris selama lima tahun terakhir dari Pemerintah sebelumnya mengaku.
Tapi Mr Farage mengatakan sementara ia tidak tertipu oleh statistik asli, wahyu menunjukkan situasi imigrasi Inggris adalah "jauh lebih banyak dari kontrol dan lebih buruk dari yang kita pikir".
Mr Farage berkata: "Angka Pemerintah ini telah tampak ikan merah lengkap dengan saya untuk waktu yang lama namun.
"Angka-angka yang lebih baik dari perkiraan kasar menggunakan model usang." Laporan - yang termasuk statistik untuk migran jangka pendek yang tinggal di dalam negeri kurang dari 12 bulan - mengungkapkan jumlah riil migran Uni Eropa yang datang ke Inggris antara tahun 2011 dan 2015 adalah mengejutkan 2,4 juta.
Ini dibandingkan dengan total 900.000 migran selama periode diidentifikasi dalam statistik migrasi resmi sebelumnya.
Pemimpin UKIP mengatakan: "Bagaimana pun pemerintah dapat mengatur penyediaan layanan kesehatan yang masuk akal bagi warga ketika aliran migrasi begitu besar, dengan benar-benar tidak ada kekuasaan atau kontrol atas kuantitas yang datang setiap tahun?
". Kami melihat krisis perumahan dan masalah besar dengan kurangnya tempat sekolah yang diperlukan untuk suatu populasi yang meningkat pesat" Mr Farage juga mengatakan kepada Breitbart London: "Situasi ini semakin parah setiap tahun karena pemerintah kita duduk diam dengan alasan bahwa terbuka Uni Eropa perbatasan yang baik bagi kita. "
statistik resmi meluncurkan penyelidikan berikut kekhawatiran jumlah migran mendaftar untuk nomor Asuransi Nasional adalah jauh lebih tinggi daripada angka yang ditunjukkan tiba dengan statistik migrasi resmi.
Muncul setelah para pejabat senior telah berbaris untuk mengutuk temuan laporan yang diperkirakan akan memberikan dorongan segar untuk Menteri Tenaga Kerja campaign.Tory Brexit Priti Patel mengatakan: "Angka-angka ini - yang harus diseret keluar dari Pemerintah - acara skala dan dampak imigrasi dari Uni Eropa bahkan lebih tinggi dari mengakui sebelumnya.
"Ini adalah di luar kendali -. Dan tidak dapat dikontrol selama kita tinggal di Uni Eropa ini menempatkan strain besar pada NHS, perumahan, sekolah dan pelayanan publik lainnya.
"Migrasi jangka pendek sangat signifikan, dan bisa dibilang paling merusak dalam hal upah dan kondisi kerja.
"Satu-satunya cara kita bisa mengambil kembali kendali, dan memberikan komitmen manifesto kami untuk mengurangi migrasi adalah untuk Vote Cuti pada tanggal 23 Juni." Inilah yang mereka katakan. Seandainya, Ingris sudah dapat menebak segala kehadiran para imigrannya, lantas bagaimana dengan Indonesia.? apakah Indonesia telah sadar, berapa besar jumlah para imigran cina yang ada di Indonesia.? dan berapa besar juga, para imigran arab.? dan berapa besar juga Imigran Jepang, dan berapa besar juga imigran India,? yang ada di -Indonesia.? "seandainya, para imigran itu telah terdata dengan baik, dan mana lebih besar, antara penduduk asli Indonesia dan berapa besar juga para imgran cina dan yang laiannya? Sejauh ini, tidak terkira jumlah imgran cina di Indonesia, bahkan mereka, dapat menguasai segala pusat -pusat kota di Indonesia, dan seluruh pengusaha besar di Indoensia telah dapat terkuasai oleh mereka, sementara negara Indonesia sendiri tidak dapat berbuat banyak, begitu juga penduduk asli secara perlahan dapat terkuasai oleh mereka. "Seandainya sudah seperti ini, kira-kira bagaimana.Dan semua mata dapat melihat seperti apa imigran cina yang terlalu lama di Indonesia mereka akhirnya berhasil menguasai Indonesia."
Okay sekarang. harus bagaimana, Indonesia.? Oleh sebab mereka telah mendapat ijin sekarang telah menjadi resmi sebagai bangsa Indonesia.? dan keberadaan mereka lebih beruntung nasipnya. sementara bangsa Indonesia asli,mulai terseret jauh, bagaikan tidak berdaya lagi buat bersaing dengan mereka.Terbukti semua kota besar sekarang dibelakangnya adalah sudah pengusaha cina, dan hampir seluruhnya, segalanya telah berhasil dikuasai oleh mereka."Mungkin semua telah terlanjur, artinya nasip telah menjadi bubur, dan sekarang semua harus menerima, dan semua juga harus pasrah, bahwa yang dahulunya hanya imigran telah berhasil menguasai Indonesia. Terlepas semua itu, yang jelas adanya kekawatiran Ingris akan kehadiran para imigran dari eropa, setidaknya hal itu wajar, oleh sebab mereka kawatir akan menyedot devisa negaranya, atau seandainya,mereka disana menjadi miskin dan tidak sekolah setidaknya akan menjadi problem juga.? Oleh sebab itu, imgran di Ingris menjadi persoalan, danmereka juga telah mencoba buat mengendalikan kembali, atau pemerintah ingris tidak mau kecolongan, akan kehadiran para imigran justru menjadikan warganya justru kesusahan atau sebalikinya, para imgran itu tidak berhasil, dan miskin akhirnya menjadi beban bagi negara Ingris. Dan jika Ingris akanmembuat sebuah tatatertip bagi imigran, hal itu wajar,"mungkin Inggris telah melihat Indonesia, dimana warga aslinya, telah terseert jauh dengan imigran cina, sehingga melihat seperti itu Ingris, ada kekawatiran dengan para imigran itu.komentar andri.
Andri juga menilai seharusnya, dari awal, bangsa indonesia waspada,? artinya, sepatak tanah pun jangan pernah terlepas oleh siapapun, sekarang semua telah terjadi, dan Indonesia sekarang telah dikendalikan oleh pemilik modal besar, dan mereka, yang punya uang besar itu adalah telah berhasil menyedot, semua kekayaan alam Indonesia. "kayu, Pasir Besi. Marmer. Biji Besi Dan semua kekayaan yang ada di-Indonesia sekarang perlahan telah terkuasai oleh imigran yang telah memiliki nodal besar." Sekarang bagaimana, Pemerintah dapat kembali mengmbil alih, dan bagaimna caranya, bagi bangsa Indonesia asli dapat bangkit, untuk mengelolah semua kekayaannya didalam negri sendiri.?" Demikian andriluntungan pengamat International mengakhiri perkataannya. (Agashi Ingris)
The latest Employment Situation report from the Bureau of Labor Statistics shows weekly employee earnings have grown $75 since tax reform passed, well short of the $4,000 to $9,000 annual increases projected by President Trump
Donald John TrumpRobert De Niro, Ben Stiller play Mueller and Cohen in 'SNL' parody of 'Meet the Parents' Trump order targets wide swath of public assistance programs Comey says Trump reacted to news of Russian meddling by asking if it changed election results MORE and House Speaker Paul Ryan
Paul Davis RyanTrump order targets wide swath of public assistance programs Sunday shows preview: White House officials talk Syria strike Wage growth well short of what was promised from tax reform MORE (R-Wis.).
During the three months following passage of the tax bill, the average American saw a $6.21 increase in average weekly earnings. Assuming 12 weeks of work during the three months following passage of the corporate tax cuts, this equates to a $75 increase.
Assuming a full 52 weeks of work, the $6.21 increase in weekly earnings would result in a $323 annual increase, nowhere near the minimum $4,000 promised and $9,000 potential annual increases projected by President Trump and Speaker Ryan if significant cuts were made to corporate tax rates.
Unless something drastically changes, it seems that Americans are going to have to settle for much less than the $4,000 to $9,000 projected wage increases. An extra $322 a year isn’t going to do much to pay down the $1 trillion in additional debt they are projected to take on as a result of the tax cuts.
Yet, a key part of the argument for the recently passed corporate tax cuts and more than a trillion dollars in debt was the substantial wage hike promised by the president’s Council of Economic Advisers (CEA).
From a document titled, “Corporate Tax Reform and Wages: Theory and Evidence,” on the White House’s website:
“Reducing the statutory federal corporate tax rate from 35 to 20 percent would, the analysis below suggests, increase average household income in the United States by, very conservatively, $4,000 annually.”
The document goes on to say:
“When we use the more optimistic estimates from the literature, wage boosts are over $9,000 for the average U.S. household.”
No less than Speaker Ryan’s website trumpeted the Council of Economic Advisers report claiming that on average, the proposed corporate tax cuts would result in at least a $4,000 annual increase in wages.
Now, some supporters of the tax bill may say this analysis is unfair because it is too early for the effects of the tax bill to show up in wages. By that logic, they also shouldn’t take credit for reported employment growth increases.
Still others may point to the $1,000 bonuses announced by some companies shortly after passage of the tax bill. First, that is significantly less than the promised $4,000 to $9,000. Second, these are not wage increases; these are one-time bonuses.
Will companies pay them again, and if so when? Third, the $1,000 represents a fraction of the estimated potential company tax savings.
Using 2016 net income, 2016 effective tax rates, the new 21-percent corporate tax rate and company bonuses, we estimated company bonuses as a percentage of a number of company’s potential tax savings. The results: In many cases, the bonuses represent a mere pittance of the possible tax savings.
Navient announced that it would be giving $1,000 bonuses to 98 percent of its 6,7000 employees, paying out nearly $7 million in bonuses. While that may seem generous, it pales in comparison to Navient’s potential tax savings.
Using Navient’s 2016 net income, its 2016 effective tax rate, estimated annual tax savings of nearly $200 million and its announced bonuses, we calculated that the announced bonuses represent less than 4 percent of Navient’s potential tax savings.
Turning to the airline industry, JetBlue’s employees might be feeling blue if they realized that their $1,000 bonuses are estimated to be less than 10 percent of JetBlue’s potential tax savings, while American Airlines’ bonuses are estimated to represent less than 15 percent of its estimated potential annual tax savings
Not to be outdone, Comcast’s bonuses represent less than 8 percent of its estimated potential annual tax savings, while Walmart appears downright generous, giving an estimated $0.16 of every dollar of its estimated potential annual tax savings to employees in the form of bonuses.
Source: Solutionomics
What happened to the minimum $4,000 promised? I guess like many promises by politicians, they were empty. Instead, they seem to have gone to share buybacks. For the period December 2017 through February 2018, share buybacks more than doubled to $200 million.
Is a $323 wage increase and a one-time bonus of $1,000 that represents a fraction of estimated potential company tax savings worth the more than $1 trillion in additional debt placed on Americans? Is this the best Congress could do? No.
Instead, Congress could have simply made each company’s tax cut contingent on each company increasing wages. The problem is that some companies receiving tax cuts didn’t raise wages.
If Congress had made each company’s tax cut contingent on each company’s wage increases, the American people would have gotten more bang for their tax cut bucks. Additionally, this would have created a real incentive for companies to raise wages: Increase wages, get a tax cut; don’t and you won’t.
If the justification for saddling the American people with at least $1 trillion in additional debt was greater wage growth, tax cuts should have been tied to each company’s wage growth; that’s just logical. That’s getting a better deal for the American people, and that’s getting a better return on investment.
Chris Macke is the founder of Solutionomics, a think tank focused on developing solutions for a more efficient, merit-based corporate tax code. He has advised the U.S. Federal Reserve by providing market updates and implications of monetary policy changes on asset valuations and market distortions, and he's a contributor to the Fed Beige Book. Find him on Twitter: @solutionomics.






































Tidak ada komentar:
Posting Komentar