"Terlalu sering disaat menghadapi pemilihan selalu saja terdengar nyanyian pilu, nyanyian gersang, nyanyian fitnah, nyanyian protes sampai juga nyanyian menuduh dan lainya, biasanya hal seperti ini ada disaat -saat menjelang pemilihan umum, Presiden dan juga pemilihan Gubernur walikota juga Bupati,keadaan seperti ini, bukan hal baru dan juga bukan sebuah maslah namun hanya ada disaat-saat menjelang pemilihan umum dan pemilihan gubernur walikota juga bupati atau pemilihan lainnya."Mungkin bagi yang tidak paham akan bisa bertanya-tanya, dan cukup membuat bingung, atau sulit dimengerti." Persoalanya bukan itu, contohnya, disaat ini Negara Amerika, lagi dihadapkan stuasi delema,bagi pata calon, dimana para calon bagaikan saling mengoreksi juga saling menebarkan aib, seperti Donal Trump mengatakan Barack Obama gagal, dalam memimpin Amerika, seperti juga Donal merayu para veteran buat bisa mendukung dirinya, dengan cara memberikan janji-janji yang tidak pasti,hanya sebatas buat bisa mendapat dukungan dari para veteran. tidak hanya itu, Donal juga menyerang lawannya, dengan cara -cara membuka aib, yang tidak jelas darimana sumbernya juga revrensi apa yang dimilikinya.?" Seperti inilah yang terjadi, secara nyata juga warga besar di Amerka, dengan keras menolak apa yang dikatakan Donal, juga yang lainya, artinya, segala yang telah dilontarkan donal juga yang lainnya buat menyerang Hilary Clinton, setidaknya warga Amerika kurang setuju, dimana selama Hilary Klinton Seorang wanita pertama yang telah menadpat dukungan sebagain besar warga Amerika, dan warga juga tidak akan bisa terpropokasi atas segala tudingan yang membuat dirinya harus lemah, justru atas segala tudingan itu Hilary Kilinton lebih kuat mendapat dukungan dari berbagai kalangan.Cetus Jhoni.
Dan selama saya berada di Amerika, dan melihat langsung seperti apa, antusias warga yang begitu besar dan tidak terhingga itu, dan mereka mengatakan tetap setia mendukung Hilary Klinton, dan sebagai warga Amerika tidak mudah buat dapat digoyahkan dengan cara-cara isu murahan,Bahkan mereka warga Amerika mengatakan sekali Hilary Klinton tetap Halary, demikian dikatakan warga Amerika yang hadir dalam Kampanye Hilary Klinton yang berjumlah Puluhan Ribu itu. Demikian Andriluntungan mengatakan pada online.
Andri juga mengatakan setiap daerah kedatangan Hilary Klinton disana masa bertumpah ruah, dan mereka yang hadir itu terdiri dari segala kalangan, ada buruh, ada pengusaha, ada pelajar, mahasiswa, guru, dan para cerdik pandai, mereka mengatakan Hialary Kilinton adalah Perempuan layak buat menjadi Presiden Amerika, dan Hilary juga adalah Perempuan yang bijak dan memiliki kepribadian baik.Demikian Andriluntungan.
Dimata saya sebagai pengamat, setidaknya serupa juga dengan para pengamat lainya, melihat hilary clinton adalah perempuan tabah, juga memiliki kepribadian tegas juga tegar meskipun telah mendapat hamtaman dari berbagai penjuru, juga berbagai fitnahan, oleh sebab itu selayaknya juga jika Hilary Clinton dalam Pemilihan suara nanti harus amendapatkan suara 78% dari jumlah keseluruhan. demikian andriluntungan mengakhiri perkataannya,
Apa yang dikatakan andriluntungan itu, setidaknya, mendapat respon miring dan tangapan postif dari warga Amerika.Oleh Steven Shepard Meskipun pemilih diberitahu untuk melihat Hillary Clinton sebagai "kurang dari dua kejahatan," kata Jill Stein suara seperti itu adalah "strategi menang."
"Hillary Clinton masalahnya, dia tidak solusi untuk Donald Trump," kata Stein Sabtu dalam menerima nominasi Partai Hijau di konvensi pencalonan partai di Houston, Texas. "Kami adalah solusi. Kami adalah orang-orang yang kita tunggu-tunggu."
Dalam pidato penerimaan, dan seperti banyak dari kampanye-nya, Stein dicat pencalonannya sebagai pewaris sejati untuk Bernie Sanders. Dia mengatakan dengan dukungan dari pendukung Sanders ', "bersama-sama kita tak terbendung."
"Ini adalah suatu kehormatan juga menjadi berjalan dalam aliansi dengan gerakan Bernie Sanders, yang sekarang saya mendengar hubungi kami 'Berning hijau.' Kami 'Berning hijau' bersama-sama, "kata Stein. "Kami berutang utang seperti syukur untuk mengangkat revolusi ini yang telah beredar selama beberapa dekade. Anda menerobos pemadaman media, Anda mengangkat kami dan Anda menolak untuk ditutup oleh DNC."
Stein sebelumnya mengecam Vermont senator untuk keputusannya untuk mendukung Clinton pada bulan Juni.
calon libertarian berbicara tentang voting untuk mereka
2016
Clinton sakit kepala pihak ketiga
Oleh Steven Shepard
Sepanjang pidatonya, Stein disalurkan pesan Sanders ', termasuk menciptakan "agenda progresif radikal."
"Donald Trump tidak berdiri sendiri. Donald Trump adalah tentang munculnya ekstremisme sayap kanan, tidak hanya di negara ini, tetapi di Eropa," kata Stein. "Sebagai Bernie Sanders dirinya begitu sering mengatakan, satu-satunya solusi untuk orang-orang seperti Donald Trump adalah agenda progresif yang benar-benar radikal yang mengembalikan kebutuhan kita dan berakhir penderitaan ekonomi yang mempromosikan jenis demagog yang kita lihat di Donald Trump."
Stein mengatakan "politik ketakutan" bahwa pemilih telah "telah diberitahu untuk sujud kepada hanya menyampaikan segala sesuatu yang kita sudah takut."
"Kami akan membuat ini terjadi. Bersama-sama kami tak terbendung," kata Stein, saat ia meninggalkan panggung untuk "Jill, tidak Bukit" nyanyian. (Samen Amerika)
The latest Employment Situation report from the Bureau of Labor Statistics shows weekly employee earnings have grown $75 since tax reform passed, well short of the $4,000 to $9,000 annual increases projected by President Trump
Donald John TrumpRobert De Niro, Ben Stiller play Mueller and Cohen in 'SNL' parody of 'Meet the Parents' Trump order targets wide swath of public assistance programs Comey says Trump reacted to news of Russian meddling by asking if it changed election results MORE and House Speaker Paul Ryan
Paul Davis RyanTrump order targets wide swath of public assistance programs Sunday shows preview: White House officials talk Syria strike Wage growth well short of what was promised from tax reform MORE (R-Wis.).
During the three months following passage of the tax bill, the average American saw a $6.21 increase in average weekly earnings. Assuming 12 weeks of work during the three months following passage of the corporate tax cuts, this equates to a $75 increase.
Assuming a full 52 weeks of work, the $6.21 increase in weekly earnings would result in a $323 annual increase, nowhere near the minimum $4,000 promised and $9,000 potential annual increases projected by President Trump and Speaker Ryan if significant cuts were made to corporate tax rates.
Unless something drastically changes, it seems that Americans are going to have to settle for much less than the $4,000 to $9,000 projected wage increases. An extra $322 a year isn’t going to do much to pay down the $1 trillion in additional debt they are projected to take on as a result of the tax cuts.
Yet, a key part of the argument for the recently passed corporate tax cuts and more than a trillion dollars in debt was the substantial wage hike promised by the president’s Council of Economic Advisers (CEA).
From a document titled, “Corporate Tax Reform and Wages: Theory and Evidence,” on the White House’s website:
“Reducing the statutory federal corporate tax rate from 35 to 20 percent would, the analysis below suggests, increase average household income in the United States by, very conservatively, $4,000 annually.”
The document goes on to say:
“When we use the more optimistic estimates from the literature, wage boosts are over $9,000 for the average U.S. household.”
No less than Speaker Ryan’s website trumpeted the Council of Economic Advisers report claiming that on average, the proposed corporate tax cuts would result in at least a $4,000 annual increase in wages.
Now, some supporters of the tax bill may say this analysis is unfair because it is too early for the effects of the tax bill to show up in wages. By that logic, they also shouldn’t take credit for reported employment growth increases.
Still others may point to the $1,000 bonuses announced by some companies shortly after passage of the tax bill. First, that is significantly less than the promised $4,000 to $9,000. Second, these are not wage increases; these are one-time bonuses.
Will companies pay them again, and if so when? Third, the $1,000 represents a fraction of the estimated potential company tax savings.
Using 2016 net income, 2016 effective tax rates, the new 21-percent corporate tax rate and company bonuses, we estimated company bonuses as a percentage of a number of company’s potential tax savings. The results: In many cases, the bonuses represent a mere pittance of the possible tax savings.
Navient announced that it would be giving $1,000 bonuses to 98 percent of its 6,7000 employees, paying out nearly $7 million in bonuses. While that may seem generous, it pales in comparison to Navient’s potential tax savings.
Using Navient’s 2016 net income, its 2016 effective tax rate, estimated annual tax savings of nearly $200 million and its announced bonuses, we calculated that the announced bonuses represent less than 4 percent of Navient’s potential tax savings.
Turning to the airline industry, JetBlue’s employees might be feeling blue if they realized that their $1,000 bonuses are estimated to be less than 10 percent of JetBlue’s potential tax savings, while American Airlines’ bonuses are estimated to represent less than 15 percent of its estimated potential annual tax savings
Not to be outdone, Comcast’s bonuses represent less than 8 percent of its estimated potential annual tax savings, while Walmart appears downright generous, giving an estimated $0.16 of every dollar of its estimated potential annual tax savings to employees in the form of bonuses.
Source: Solutionomics
What happened to the minimum $4,000 promised? I guess like many promises by politicians, they were empty. Instead, they seem to have gone to share buybacks. For the period December 2017 through February 2018, share buybacks more than doubled to $200 million.
Is a $323 wage increase and a one-time bonus of $1,000 that represents a fraction of estimated potential company tax savings worth the more than $1 trillion in additional debt placed on Americans? Is this the best Congress could do? No.
Instead, Congress could have simply made each company’s tax cut contingent on each company increasing wages. The problem is that some companies receiving tax cuts didn’t raise wages.
If Congress had made each company’s tax cut contingent on each company’s wage increases, the American people would have gotten more bang for their tax cut bucks. Additionally, this would have created a real incentive for companies to raise wages: Increase wages, get a tax cut; don’t and you won’t.
If the justification for saddling the American people with at least $1 trillion in additional debt was greater wage growth, tax cuts should have been tied to each company’s wage growth; that’s just logical. That’s getting a better deal for the American people, and that’s getting a better return on investment.
Chris Macke is the founder of Solutionomics, a think tank focused on developing solutions for a more efficient, merit-based corporate tax code. He has advised the U.S. Federal Reserve by providing market updates and implications of monetary policy changes on asset valuations and market distortions, and he's a contributor to the Fed Beige Book. Find him on Twitter: @solutionomics.






































Tidak ada komentar:
Posting Komentar